Thursday, May 16, 2019

RESENSI BUKU
Resensi buku adalah sebuah tulisan yang berisi tentang ulasan suatu buku. Kata resensi sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu recensere yang artinya “melihat kembali”, “menimbang”, atau “menilai”. Dalam kiriman berikut akan kami sampaikan mengenai cara menulis dan contoh resensi buku.

resensi buku

A. Unsur-unsur Resensi

1. Judul Resensi Buku
Judul semestinya harus mempunyai kesinambungan dengan isi resensi. Selain itu, judul yang menarik juga akan memberikan nilai lebih tersendiri.
2. Data Buku
Data buku biasanya disusun sebagai berikut.
a. Judul buku
b. Pengarang
c. Penerbit
d. Tahun terbit beserta cetakannya
e. Dimensi buku
f. Harga buku
3. Pembukaan Resensi (lead)
4. Isi Resensi Buku
Bagian ini berisi tentang sinopsis, yaitu ulasan singkat buku dengan kutipan singkat dan keunggulan serta kelemahan buku, rumusan kerangka buku dan bahasa yang digunakan.

5. Penutup Resensi Buku


B. Struktur teks resensi

1. Identitas dalam resensi buku mencakup judul, pengarang, penerbit, tahun terbit, tebal halaman, dan ukuran buku. Bagian ini mungkin saja tidak dinyatakan secara langsung, seperti yang tampak pada teks ulasan film dan lagu.
2. Orientasi. Bagian ini biasanya terletak di paragraf pertama, yakni penjelasan tentang kelebihan buku seperti penghargaan yang pernah didapatkan oleh buku yang diresensi.
3. Sinopsis, berupa ringkasan yang menggambarkan pemahaman penulis terhadap isi novel.
4. Analisis, berupa paparan tentang keberadaan unsur-unsur cerita, seperti tema, penokohan, dan alur.
5. Evaluasi, berupa paparan tentang kelebihan dan kekurangan suatu karya.

C. Jenis-Jenis Resensi

Resensi dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu:
1. Resensi informatif
Resensi informatif adalah resensi yang disampaikan dengan singkat dan umum dari keseluruhan isi buku.
2. Resensi deskriptif
Resensi deskriptif adalah resensi yang membahas secara detail pada setiap bagian atau babnya.
3. Resensi kritis
Resensi kritis merupakan sebuah resensi yang mengulas detail buku menggunakan metodologi ilmu pengetahuan tertentu. Isi dari resensi kritis biasanya objektif dan kritis dalam menilai isi buku.

Langkah-langkah/cara meresensi buku:

1. Menentukan Buku yang Akan Diresensi

Cara yang pertama adalah, Anda pertimbangkan buku apa yang akan Anda resensi. Termasuk ke jenis atau genre apakah buku yang akan Anda resensi. Apakah termasuk karya fiksi seperti novel, antologi cerpen, antologi puisi, roman.
Ataukah buku yang kita resensi termasuk ke jenis karya nonfiksi seperti sejarah, ilmu pengetahuan atau biografi tokoh. Seseorang yang meresensi buku harus mengetahui masuk ke dalam jenis apa buku yang ia resensi.

2. Membaca Buku yang Akan Diresensi

Nah, pada tahap ini kalian bisa membaca semua atau dengan teknik membaca cepat, sehingga kamu tidak perlu menghabiskan waktu untuk membacanya. Pokoknya kamu bisa mengambil intisari dari buku tersebut.

3. Mencatat Data atau Informasi Buku yang Akan Diresensi

Catatlah data dan informasi dari buku yang akan Anda resensi. Data informasi yang harus Anda tulis dalam sebuah resensi buku adalah :
Judul Buku :
Pengarang :
Penerbit :
Cetakan :
Tebal buku :
Harga buku :

4. Menuliskan Poin-poin Penting dalam Buku

Langkah yang dirasa cukup sulit adalah ketika sampai pada menulis isi resensi buku. Tulislah poin-poin yang penting menurut Anda. Catat pula kutipan yang dirasa mengesankan, jangan lupa tandai halaman.
Tulis kembali gagasan yang dianggap penting ke dalam karangan singkat yang memiliki satu kesatuan yang integral.

5. Menuliskan Isi Resensi

Selanjutnya adalah menulis isi resensi, pada cara ini adalah bagaimana Anda memberikan komentar dan pandangan terhadap buku yang Anda resensi. Langkah-langkah dalam menuliskan isi resensi adalah :
• Membuat informasi umum tentang buku yang Anda resensi.
• Membuat judul resensi buku.
• Membuat ringkasan buku secara garis besar.
• Memberikan penilaian terhadap buku yang Anda resensi.
• Menonjolkan sisi lain dari buku yang Anda resensi.
• Mengulas manfaat membaca buku tersebut bagi pembaca.
• Menuliskan kekurangan dan kelebihan yang ada pada buku tersebut.
• Penilaian dari segi kelengkapan karya, EYD dan sistematika resensi.

6. Menulis Kesimpulan

Cara yang terakhir adalah ungkapkan apa yang Anda peroleh dari buku yang Anda resensi. Beri saran kepada pembaca mengapa mereka harus membaca buku yang Anda resensi dan apa ruginya jika mereka tidak membaca.

Model-Model Resensi Buku (Dahlan dan Sasa, 2011: 33-54)

  1. Model Rangkuman
Ini jenis resensi yang umum kita temukan, khususnya resensi yang dikerjakan oleh peresensi yang belum lama membiasakan diri dalam menulis catatan atas buku yang dibaca. Ulasannya bukan pujian, bukan juga kritik, apalagi bandingan, melainkan semata merangkumkan isi utama buku itu secara ringkas.
  1. Model resensi lebih dari dua buku
Resensi model ini mengambil beberapa buku yang sama. Sama temanya atau sama penulisnya.
Buku-buku itu kemudian diulas dengan dua cara:
a. Dicampur dan diaduk seperti gado-gado menjadi satu judul satu bahasan.
b. Resensinya satu judul tapi dipecah-pecah oleh sub bab berdasarkan judul-judul buku yang berbhineka tunggal ika itu.
     3. Buku sebagai Catatan Perjalanan
Gaya resensi dengan menyertakan pengalaman peresensi, tempat/ruang, dan buku yang diresensi umumnya berbentuk catatan perjalanan.
Salah satu contoh paling menarik adalah apa yang dilakukan Michael Pearson yang lemudian disatu-terbitkan dalam buku yang edisi terjemahannya berjudul: Tempat Imajiner: Perlawatan ke Dunia Sastra Amerika (Obor, 1994)
Pearson bergerak menyusuri tempat-tempat mengikuti petunjuk yang disajikan oleh buku sastra. Langkah pertama yang dilakukannya adalah menyeleksi beberapa karya pengarang dan tempat-tempat di mana ingatan dan mitos tereram. Ia mencermati secara serius karya yang mana dari pengarang siapa yang menjadi “juru kunci” sebuah kota.
Maka muncul kemudian nama Foulkner dan Missisipi, Robert Frost dan Vermont, Hemingway dan Key West/Florida, Steinbeck dan California, Mark Twain dan Hanibal/Missouri, serta Flannery O’connor dan Georgia.
  1. Model Kritik
Umumnya kritik hanya elemen kecil dari sebuah resensi. Namun ada juga yang menadikan kritik sebagai model utama. Kritik adalah tuuan utama mengapa resensi itu dituliskan. Bahkan tak jarang, lantaran resensi bergaya kritik itu, sebuah buku ditarik dari peredarannya.
  1. Model Rersensi Tempelan
Seperti dikatakan di bagian lain, crir resensi yang paling jamak jika terdapat Kartu Tanda Buku (KTB). Walaupun tulisan itu tak berbicara atau membedah atau menimbang secara ketat buku tersebut.
Sebut saja resensi model inisebagai “tempelan”. KTB dan sampul buku hanya dijadikan tempelan. Sementara isinya menimbang soal lain yang sudah dirancang secara khusus oleh peresensinya. Temanya saja dikait-kaitkan
  1. Model cerita
Model resensi ini ditulis dengan gaya bercerita. Maka tidak heran jika model ini kental dengan nuansa sastra. Penulis resensi menulis dengan seolah-olah sedang bercerita.

Cek juga kiriman menarik lain tentang penulisan daftar pustaka


CONTOH RESENSI BUKU NONFIKSI


Jalan Baru Pembelajaran Siswa


Judul Buku: Media Pembelajaran Aktif
Penulis: Utomo Dananjaya
Penerbit: Nuansa Cendekia Bandung
Tahun terbit: November 2010.
Tebal: 342.hlm
Gagasan reformasi pendidikan dimulai dengan evaluasi kurikulum 1994 oleh Litbang Departemen pendidikan yang menghasilkan buku potret kurikulum. Salah satu kesimpulannya menyebutkan kurikulum 1994 itu lebih mengutamakan materi yang dianggap tidak cocok lagi dengan tuntutan reformasi. Hal inilah yang mendorong pengubahan paradigma pendidikan ke arah kompetensi. Ikhtiar ini bukan saja untuk memperbaiki atau menyempurnakan, tetapi secara mendasar bermaksud mengubah paradigma pendidikan.
Berpijak pada arah gerak reformasi ini, Utomo Dananjaya melihat secara jeli apa yang harus diubah, ke arah mana perubahan tersebut harus berjalan, dan lebih penting dari itu ialah bagaimana cara mengubahnya. Pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti ini mudah diutarakan, melainkan sulit untuk dijawab dalam bentuk karya ilmiah. Berbagai buku materi pendidikan sudah banyak yang beredar pada 12 tahun terakhir ini. Tetapi sebagian pada materi-materi pembelajaran tersebut sebagian besar muatan lokalnya sangat kurang.
Buku ini adalah hasil perkawinan antara progresivitas pendidikan modern yang menyandarkan pada kearifan lokal. Dengan kata lain Utomo tidak sekadar mengadopsi sistem baru dari Barat melainkan secara kritis menyerap hal yang baik dari luar dan menggali potensi-potensi positif dari kearifan lokal.
Paradigma pembelajaran sesungguhnya tidak lepas dari ideologi. Banyak analisa terhadap masalah pendidikan, termasuk metode pembelajaran yang lupa bagaimana ideologi bermain di belakangnya. Sebagai pemikiran kritis yang memahami hubungan produksi ekonomi, politik dan kebudayaan Utomo mampu melihat “apa sesungguhnya pendidikan”, “apa sesungguhnya sekolah,” dan “bagaimana sekolah yang tepat dan baik” itu harus dilakukan.”
Berpijak dari sisi makro tersebut Pak Tom melangkah dengan melakukan terobosan untuk menemukan formulasi materi pembelajaran. Karena guru dalam dunia sekolah kita masih sangat berperan kuat, maka menjadi sebuah kebutuhan lahirnya sebuah pencerahan bagi para guru. Itulah mengapa buku ini memiliki slogan “BUKUNYA PARA GURU”.
Logika simpelnya, kalau kita berharap murid menjadi cerdas, kreatif, lebih baik, maka guru itu sendiri harus memiliki pedoman yang kuat. Kenya taan ini sangat realistis dengan apa yang dihadapi dunia pendidikan kita di mana kita sering menemukan guru kurang menguasai materi saat mengajar dengan buku ajar yang baru.
Buku ini menjadi penting untuk penguasaan skill para guru untuk selalu siap menghadapi beragam jenis materi. Kita bisa membuktikan pada buku ini dengan menikmati hubungan antara visi besar (idealisme) dengan kiat praktis.
Pada bagian pertama memuat beberapa hal. Topik Fondasi pendidikan sangat penting disimak secara seksama karena di sana ada ide-ide besar dari ragam ideologi yang sangat mempengaruhi bidang pendidikan di era globalisasi ini.
Berlanjut pada Bab II kita akan diajak memahami Fondasi Pendidikan secara lebih detail. Pada bagian ini benar-benar diserap karena akan mengantarkan kita memahami apa yang tidak bermakna dan apa yang bermakna sehingga kita bisa kritis untuk memilih apa yang harus diterapkan dan apa yang harus ditinggalkan.
Berlanjut pada Bab III, kita akan mendapatkan konsep Pembelajaran Berpusat Pada Siswa. Dari sinilah pembongkaran paradigma perilaku guru harus berubah kea rah yang lebih humanis dan berdiri setara dengan siswa. Rumus-rumus ini akan mengajak kita merenungkan kembali apa hakekat pendidikan itu buat kita, juga buat anak-anak didik kita. Dan lebih penting dari kita “bagaimana kita seharusnya melangkah”.
Berlanjut pada Bagian III buku ini bicara pada wilayah praktis pembelajaran dengan konsep-konsep model diskusi, model proyek, model permainan (games), Ice Breaker (aktivitas-aktivitas pemanasan). Banyak hal baru yang secara praktis bisa kita terapkan sebagai cara pembelajaran yang tepat.
Selain rumusan praktis itu, buku ini juga menjelaskan kelengkapan untuk memenuhi terselenggaranya pembelajaran aktif. Pada bagian ini kita akan diperkenalkan pentingnya apresiasi pembelajaran sebagai memovitasi siswa untuk bangkit, kreatif dan memiliki mental menjadi pemberani, mandiri dan bertanggungjawab. Selamat membaca.

No comments:

Post a Comment